Bermula dari rasa penasaran terhadap salah satu postingan di grup Backpackers and Travelers ITB, tanggal 6 Oktober kemarin saya dan beberapa teman jurusan mencoba olahraga baru yaitu paralayang. Paralayang sendiri sekilas mirip dengan terjun payung atau skydiving, padahal sesungguhnya konsep olahraganya berbeda. Kalau terjun payung berusaha untuk free fall secepat-cepatnya dan menggunakan parasut sebagai alat pendaratan, sedangkan paralayang berusaha untuk tetap mengapung di udara dengan memanfaatkan tekanan udara dan thermal lift yang mengenai parasut.
Paralayang juga berbeda dengan gantole. Gantole menggunakan alat pengapung di udara berupa sayap atau glider yang umumnya berbentuk segitiga, sedangkan paralayang menggunakan parasut sebagai alat pengapungnya.
Gantole atau hang glider |
Kami mencoba paralayang di daerah Puncak, tepatnya sekitar 700 meter setelah Masjid At Ta'awun dari arah Jakarta. Beruntung kami disambut langsung oleh pelopor sekaligus bapak paralayang Indonesia, Oppa David. Bermula dari pendakian gunung di Maluku bersama orang-orang Inggris, beliau tertarik dengan parasut yang dibawa oleh kawan-kawannya tersebut. Oppa David yang merupakan alumni Mapala UI dari Kupang ini tertarik, sebab pendakian yang dilakukan selama 3 hari itu dilanjutkan dengan turun gunung yang hanya menghabiskan waktu setengah jam saja dengan paralayang. Akhirnya sejak saat itu beliau mulai menggeluti dan mengenalkan olahraga paralayang ini di Indonesia. Kurang lebih sudah 24 tahun beliau menggeluti paralayang. Beliau sampai keluar dari pekerjaannya di PT Timah untuk menyeriusi passion-nya ini.
Saya dan Oppa David |
Prestasi dan rekor yang dicetak oleh atlet-atlet paralayang Indonesia ternyata sangat mengagumkan. Pada SEA Games 2012, tim Indonesia menyabet 7 emas dari 8 cabang lomba paralayang. Satu emas yang tidak diperoleh itu sebenarnya juga merupakan "medali emas hadiah" mereka untuk negara lain, supaya negara lain tetap mau mengikuti kompetisi paralayang di SEA Games (baik banget ya Indonesia). Pada tahun yang sama, atlet paralayang wanita Indonesia juga berhasil menjadi juara dunia dalam kompetisi ketepatan mendarat paralayang di Austria. Sebuah prestasi membanggakan yang sayangnya kurang diketahui publik.
Atelt paralayang Indonesia memiliki rekor jarak paralayang terjauh di perjalanan Wonogiri - Kudus, sejauh 140 KM. Perjalanan pada akhir tahun 2012 itu memakan waktu 7 jam 40 menit di udara! Gak kebayang gimana rasanya terbang segitu lamanya di udara, dengan pikiran yang harus tetap fokus dan pipis yang tetap tertahan.
Oppa David sempat bercerita bahwa harga equipment paralayang ini seharga 2800 Euro, atau sekitar 40-an juta Rupiah dengan kurs sekarang. Menariknya, harga equipment yang sedemikian mahalnya bisa balik modal hanya dalam waktu 1 bulan. Ini menunjukkan bahwa paralayang bisa menjadi pekerjaan yang sangat menjanjikan. Bayangkan aja, bisa banyak uang sekaligus melakoni pekerjaan yang sesuai passion, nikmat luar biasa.
Untuk dapat menikmati paralayang tersedia training untuk sertifikasi penerbang selama 10 hari. Harganya 6 juta rupiah untuk orang Indonesia dan 850 USD untuk orang asing. Setelah 2 hari latihan peserta langsung diajak untuk terbang tandem untuk praktek sekaligus pembiasaan terbang. Dan setelah 4 - 5 jam terbang, peserta dicoba untuk terbang paralayang sendiri. Sedangkan untuk dapat menjadi pilot tandem paralayang komersil, pilot disyaratkan telah menjadi pemegang lisensi paralayang selama minimal 5 tahun.
Melayang di atas kebun teh |
Kembali ke wisata paralayang. Terbang wisata ini sendiri dilakukan secara tandem 2 orang, yaitu 1 pilot paralayang dan 1 penumpang. Saat terbang Oppa David yang menjadi pilot kami banyak menjelaskan tentang tinggi kami dari permukaan tanah, pengalaman-pengalaman beliau, serta kondisi tekanan dan thermal udara.
Oh ya, tarif sekali terbang adalah 300 ribu, sebuah harga yang menurut sangat worth it dikeluarkan untuk olahraga semi ekstrem yang unik ini. Durasi terbang sekitar 10 - 15 menit, tergantung cuaca. Namun salah satu teman kami yang beruntung sempat diajak terbang lebih tinggi selama 40 menit, kebetulan cuaca dan tekanan udaranya sedang sangat baik saat giliran dia terbang. Durasi terlama Oppa David membawa penumpang tandem adalah 1,5 jam di udara.
Pemandangan selama terbang (kebun teh-nya ya, bukan sepatu saya, hehe) |
Nah untuk yang tertarik mencoba paralayang, silakan langsung datang ke Puncak. Saran saya sih datang pagi-pagi supaya belum terlalu ramai dan kalau bisa datang bersama rombongan supaya tarifnya bisa lebih murah. Jangan lupa hubungi Oppa David (081288528755) supaya pengalaman paralayang kalian lebih mengesankan.
Selamat terbang :)
No comments:
Post a Comment