Alhamdulillah akhirnya saya bisa berangkat juga ke Korea Selatan, setelah sebelumnya sempet galau sponsor di postingan sebelumnya. Persiapannya bisa dibilang sangat sangat mepet, tiket pesawat baru dibeli 2 minggu sebelum keberangkatan, visa juga baru diurus 10 hari sebelum berangkat. Alhasil selama visa diproses (sekitar 6 hari, termasuk libur weekend), saya terus deg-degan gara-gara takut visa gak diterima. Untungnya 2 hari sebelum keberangkatan visa pun di-approve. Udah kayak nerima surat cinta aja bro nerimanya, bahagia senyum-senyum gak jelas sendiri.
Tanggal 5 Juli saya pun berangkat dengan maskapai Singapore Airlines (SA). Harga tiketnya agak aneh sih sebenarnya, sekali jalan 7,5 juta rupiah, eh return ticket malah cuma 6,5 juta. Beda banget harganya sama maskapai penerbangan nasional negara sendiri yang harga return ticket malah 8,5 juta rupiah. Pelayanan SA sendiri sangat oke, terutama in-flight entertainment (yang berupa TV di tiap bangku) dan in-flight services dari pramugari/pramugara-nya. Kalau di Garuda Indonesia kita disuguhi permen sebelum terbang, di SA kita disuguhi handuk kecil hangat buat ngelap muka, biar lebih seger mungkin. Bahkan setelah makan pun kita disuguhi makanan penutup berupa es krim! Sesuatu yang belum pernah saya temui di maskapai penerbangan jarak jauh sebelumnya.
Sampai di Bandara Changi, saya langsung check in untuk penerbangan berikutnya. Setelah masuk saya baru sadar kalau gak ada musholla/prayer room di boarding lounge-nya. Alhasil saya memanfaatkan ruang menyusui yang sepi untuk shalat. Untung gak ada ibu-ibu yang lagi menyusui bayi di dalemnya.
Sampai di Incheon sudah jam 10 malam, saya langsung mencari tempat yang aman dan nyaman untuk tidur di bandara. Ya, tidur di bandara. Selain karena ingin menghemat pengeluaran penginapan di malam pertama, subway untuk ke Seoul sudah tidak ada dari jam setengah 10 malam. Dan setelah jalan-jalan sedikit di Incheon, saya menemukan tempat yang nyaman untuk tidur, tepatnya di lantai 3 bandara (ruang check-in dan keberangkatan). Makin malam ternyata makin banyak aja yang tidur di sana, emang Incheon termasuk salah satu bandara terbaik sih untuk menginap.
Sebelum tidur, saya yang lapar memutuskan untuk nyeduh popmie. Lirik kanan kiri, ternyata di dekat tempat saya nongkrong ada ruang menyusui (lagi). Akhirnya saya "nyolong" air panas dari sana dan nyeduh popmie sebelum tidur. Naas memang, tapi ya semua demi menghemat pengeluaran. Lagipula disini seninya backpacking, pengalaman yang didapat pun pasti lebih. Ah iya, saya kali ini gak shalat di ruang menyusui, melainkan di depan tempat check-in maskapai Cathay Pacific dekat saya.
Hari Pertama
Pukul setengah 5 saya sudah bangun dan shalat subuh (Subuh di sini sekitar setengah 4). Setelahnya saya langsung menuju stasiun kereta bandara (airport railroad). Setelah lihat jadwal ternyata kereta pertama baru ada pukul 05.20, dengan harga tiket 8000 Won (kurs 1 Won = 9 Rupiah, gampangnya dibulatkan jadi 10 rupiah). Ini adalah kereta nonstop (namanya airport express) dari Incheon ke Seoul Station (semacam stasiun kereta pusatnya Seoul). Di kemudian hari saya baru sadar kalau ada kereta yang lebih murah (namanya airport train), hanya W 4.050, bedanya kereta ini berhenti di beberapa stasiun dan harus transfer kereta di Stasiun Yeongjong.
Subway di Korea Selatan sedikit banyak berbeda dari subway/MRT di Singapura. Selain lebih bagus dan cepat MRT di Singapura, transfer subway di Korea banyak yang jauh-jauh antar stasiunnya. Untuk sistemnya sendiri kita bisa membeli tiket untuk satu kali perjalanan, dimana harga tiket untuk 10 KM pertama adalah W 1.150, dengan penambahan 100 Won untuk tiap KM berikutnya, ditambah dengan deposit 500 Won yang nantinya bisa kita ambil kembali setelah kita sampai di stasiun tujuan (asala ngembaliin tiket ke box refund). Bedanya lagi anak muda di sini kurang peduli dengan yang tua, banyak orang tua yang kaget saat saya memberikan kursi saya ke mereka.
Zebra cross di sini juga berbeda dari tempat lain, terdiri dari 2 lajur untuk masing-masing sisi jalan, sehingga yang menyeberang di satu sisi tidak bertabrakan dengan sisi satunya (meskipun banyak juga warga Korea yang tidak mematuhinya). Di sini juga jarang banget tempat sampah, meskipun begitu jalanan tetap bersih dan bebas dari sampah.
Setelah sampai di tujuan saya segera mencari guesthouse yang akan saya inapi, namanya H2O Guesthouse di daerah Euljiro, dekat Cheonggyecheon Stream. Saat saya sampai di sana tidak ada resepsionis sama sekali, yang ada hanya tulisan "kami ada dari jam 10 am - 10 pm" dan "check in jam 2pm, check out jam 11 am". Ya karena namanya juga penginapan murah, saya pikir baiklah. Akhirnya saya cuma nitip barang-barang bawaan dan langsung pergi lagi.
Hari ini adalah hari jalan-jalan keliling Seoul. Saya mulai perjalanan dari yang paling dekat penginapan, yaitu Cheonggyecheon Stream alias Sungai Cheonggyecheon. Sungai ini direstorasi dengan menghancurkan jalan layang yang dulu ada di atasnya, sehingga terciptalah ruang publik yang oke banget di tengah-tengah kota Seoul. Di pagi hari banyak orang yang jogging dan malam harinya banyak yang pacaran di sini.
Cheonngyecheon stream |
Menyusuri Cheonggyecheon ke Barat akhirnya saya sampai di Gwanghwamun Square, sebuah lapangan terbuka di depan pintu utama Istana Gyeongbokgung, istana kerajaan terbesar dan tertua di Korea. Di lapangan ini sendiri terdapat 2 patung, yaitu patung laksamana Yi Sun-Sin dan Raja Sejong (pencipta huruf Hangeul Korea). Di depan patung Raja Sejong juga terdapat replika dari jam matahari dan alat pengukur curah hujan ciptaannya.
Gwanghwamun square |
Patung Raja Sejong |
Selanjutnya saya membeli tiket Seoul City tour bus, bus hop-on hop-off yang mengantar kita keliling lokasi-lokasi wisata menarik di Seoul. Ada 4 paket wisata dengan 5 bahasa guide. Tempat yang saya kunjungi dengan bus ini adalah :
- Namdaemun market: tempat belanja pernak pernik tradisional Korea dan Hanbok (baju tradisional Korea).
- National Museum of Korea: Museum Nasional-nya Korea, masuknya gratis. Waktu itu lagi ada pameran kebudayaan dan seni Islam di sana.
- Itaewon: Daerah multietnis di Seoul, terdapat masjid terbesar dan tertua juga di sini
- Myeongdong: Tempatnya belanja barang-barang bermerk (Uniqlo, Giordano, SPAO, dll), banyak toko kosmetik juga di sini. O ya di sini juga banyak toko merchandise K-Pop dan bahkan ada toko yang khusu jualan barang-barang SM Entertainment (Everysing dan SM Town Pop Up Store di Lotte Young Plaza).
- Namsangol Traditional Korean Village: Replika rumah tradisional zama dahulu beserta segala macam perabotan dan isinya.
- N Seoul Tower: Menara telekomunikasi Seoul, juga terdapat gembok cinta dan Teddy Bear Museum mini di bawahnya.
- DongdaemunMarket: Tempat belanja baju dan pernak pernik Korea. Banyak mall juga di sini.
- Changgyeonggung Palace
- Changdeokgung Palace
Suasana di Myeongdong |
Saya yang dititipi kosmetik dan tumbler Starbucks seri Korea langsung belanja di hari pertama. Yang menarik tiap kita beli 1 tumbler Starbukcs, kita bakal dapet 1 voucher minuman gratis, minuman apa pun dan dengan ukuran apa pun. Alhasil saya yang beli 5 tumbler bisa dapet Starbukcs gratisan 5 kali selama 4 hari. Sangat sangat lumayan! Titipan dapet tips+Starbucks gratisan seharga 70ribu rupiah. Pengalaman lainnya sih saat belanja kosmetik, dimana pengunjung lain adalah cewek-cewek yang berburu diskon, saya malah cowok sendiri, ngeborong banyak kosmetik pula.
Starbucks green tea latte gratisan |
Setelah puas city tour saya melanjutkan perjalanan ke Insadong, tempat jualan barang-barang seni di Seoul. Ada macam-macam tukang seni di sini, mulai dari pelukis jalanan yang melukis dengan airbrush, sampai pengamen bule yang main biola. Ada pula satu toko dengan arsitektur menarik, yaitu Ssamziegil. Modelnya kayak Blok M Plaza lah kira-kira, dari lantai dasar sampai paling atas terhubung dengan tanjakan, sehingga pengunjung bisa melihat semua toko dengan sekali jalan, tanpa harus naik tangga.
Pelukis jalanan di Insadong |
Ssamziegil dan arsitektur gedungnya |
Sore harinya saya menuju Lotte World, gak masuk sih cuma lihat-lihat aja. Dan disini ternyata ada 2 theme park, indoor dan outdoor. Theme park yang indoor super duper besar, sampai 4 lantai mall dia jajah. Wahananya banyak yang untuk anak-anak. Sedangkan theme park yang outdoor ditujukan untuk remaja dan orang dewasa. Oh ya, baru di Lotte World ini saya menemukan eskalator berbentuk spiral, kayak tangga di istana-istana gitu. Malamnya saya melanjutkan perjalanan ke daerah Gangnam dan kemudian pulang ke penginapan.
Lotte World |
Hari Kedua
Hari ini didedikasikan untuk CISAK (Conference of Indonesian Students Association in Korea), sebuah konferensi yang memungkinkan saya bisa pergi ke Korea. Saya berangkat dari Seoul Station menuju Daejeon dengan menggunakan kereta Mugunghwa, kereta yang konon katanya punya gerbong khusus untuk tiket berdiri, dengan harga yang lebih murah beberapa ratus Won. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 2 jam.
Sesampainya saya di Daejeon saya langsung melanjutkan perjalanan ke kampus KAIST dengan menggunakan subway. Agak berbeda dari subway di Seoul yang menggunakan kartu, subway di Daejeon menggunakan sistem token.
Sampai di Stasiun Wolpyeong (stasiun subwaynya KAIST) ternyata masih harus berjalan sekitar 1 KM untuk mencapai kampusnya. Ada sih shuttle bus, tapi saya ragu ada shift di hari Minggu, dan kalaupun ada saya harus menunggu 1,5 jam lebih yang artinya saya bakal kelewatan banyak banget acara di CISAK. Akhirnya saya memutuskan jalan kaki bawa-bawa poster paper. Dan naasnya, semakin saya jalan semakin deras juga hujannya. Baiklah.
Sampai di KAIST saya baru ingat kalau saya gak tau di mana gedung tempat acaranya, haha. Akhirnya saya pun keliling-keliling kampus, berharap ada spanduk CISAK yang menjelaskan di mana venue acaranya. 30 menit keliling kampus ujan-ujanan dan ternyata gak ada satu poster CISAK pun. Dan begitu saya nemu sinyal wi-fi gak diprotect (di sini kayaknya satu negara di-cover sama wi-fi tapi banyak banget yang di-protect), saya pun langsung tanya ke senior di KAIST melalui twitter. Alhamdulillah cepet dibales.
Acara ini diisi oleh presentasi ilmiah dari beberapa narasumber, serta keynote speech dari Bapak Ilham Habibie dan Ridwan Kamil. Yang hadir ternyata cukup banyak, sekitar 70-an orang, mungkin pada mau ketemu Ridwan Kamil yang baru kepilih jadi walikota Bandung kali ya.
Saya dan Bapak Walikota Bandung terpilih |
Acara baru selesai pukul 8, yang mana jam 8 itu baru maghrib di Korea. Saya pun pulang dengan menggunakan bus panitia, dan sampai di depan kedutaan besar Indonesia di Seoul pukul 10 malam.
Bersambung ke sini
No comments:
Post a Comment