4 Jun 2010

Ada Menjadi Tiada

Sepulang mengantarkan ade ke TK tadi pagi, saya mendapat berita duka meninggalnya eyang Yati, mertua dari om Dani, om yang cukup dekat dengan saya. Beliau meninggal jam 7 pagi tadi, dalam usia 65 tahun. Kemudian saya teringat dengan teman SMA saya yang meninggal dunia tahun 2006 lalu dalam sebuah kecelakaan di Setiabudi, waktu itu umurnya baru 16 tahun.

Masalah umur, manusia memang tidak dapat memastikan. Kadang ada orang yang sudah sangat tua - bahkan ada seorang nenek yang umurnya bisa mencapai 120 tahun di Garut sana - namun memiliki kondisi fisik yang tetap sehat. Ada juga anak bayi yang bahkan belum menghirup udara di bumi sudah dipanggil terlebih dahulu oleh yang kuasa. Batasan hidup memang tetap menjadi misteri ilahi.

Lalu pertanyaan-pertanyaan pun bermunculan. Sebenarnya apa yang sudah saya lakukan untuk mempersiapkan bekal ke alam baka nanti? Lalu sudahkah saya menorehkan sejarah yang bisa membuat saya tetap hidup dan dikenang oleh orang-orang setelah saya? Dan akankah ada orang yang akan menangisi bahkan menyesali kepergian saya dari dunia ini?

Saya rasa jawabannya hanya satu, belum cukup. Memang sudah ada bekal yang saya siapkan untuk kehidupan setelah dunia, namun itu belum cukup. Memang sudah ada sejarah yang saya torehkan untuk dikenang namun itu belum cukup. Memang sudah ada orang yang akan menyesali kepergian saya dari dunia, namun itu belum cukup.

Untuk itu, di awal usia yang keduapuluh tahun dan di sisa hidup saya ini, saya bertekad untuk terus memperbaiki diri dan memberikan yang terbaik. Karena setiap yang ada akan menjadi tiada pada akhirnya, dan hanya sebagai seonggok tanahlah manusia akan kembali ke asalnya. Hanya perbuatan dan amal ibadah seseorang yang akan menjadi pembeda antara seorang manusia dan manusia lainnya.

Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un..

No comments:

Post a Comment